KOMPAS.com — Minuman susu fermentasi atau biasa dikenal dengan yoghurt ternyata mempunyai kemampuan dalam mengobati depresi. Pernyataan tersebut didasarkan pada laporan ilmiah yang diterbitkan dalam Proceeding of the National Academy of Sciences.
Menurut peneliti asal Irlandia, probiotik, atau bakteri baik, memiliki potensi untuk mengubah kimia otak dan mengurangi kecemasan dan gangguan terkait depresi.
Penelitian tersebut berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan terhadap seekor tikus yang mengonsumsi probiotik Lactobacillus rhamnosus. Mereka menemukan, tikus yang diberi probiotik memiliki tanda-tanda lebih sedikit mengalami stres, kecemasan, dan depresi. Hasil penelitian juga menunjukkan tingkat hormon stres corticosterone jauh lebih rendah.
Peneliti mengklaim, ini adalah penelitian pertama yang membuktian bahwa probiotik mampu mempengaruhi kimia otak. Para ilmuwan mengatakan bahwa bakteri dalam usus "berkomunikasi" dengan otak melalui saraf yang disebut vagus.
"Tanpa melebih-lebihkan, penelitian ini membuka jalan bahwa kita bisa mengembangkan terapi yang dapat mengobati gangguan kejiwaan dengan usus sebagai sasarannya. Anda bisa mengonsumsi yoghurt dengan kandungan probiotik di dalamnya dan bukan dengan sebuah antidepresan," ujar Profesor John Cryan dari University College, Cork.
Namun, ia menekankan bahwa orang yang menderita depresi tidak bisa begitu saja mencari solusi dengan hanya membeli segala jenis yoghurt di pasaran.
"Temuan ini menyoroti pentingnya peran dari bakteri dalam komunikasi antara usus dan otak. Organisme probiotik tertentu mungkin terbukti bermanfaat dalam mengatasi gangguan seperti stres atau depresi," tandasnya.
Sep 24, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment