Benyamin Franklin adalah seorang tokoh legendaris Amerika yang lahir di Boston pada tanggal 17 Januari 1706. Pada masanya, ia bersama George Washington mendukung kemerdekaan Amerika. Di jamannya, Benyamin Franklin pernah mendirikan sebuah perusahaan surat kabar bernama "The Philadelphia Gazette". Apa yang membuatnya mampu berjuang untuk mencapai perusahaannya dan keberhasilannya di masa depannya? Persiapan apa yang dilakukannya pada tahap awal untuk membangun perusahaan surat kabarnya itu?
Menurut sejarah surat kabar yang bernama "The Philadelphia Gazette" merupakan surat kabar terbaik di seluruh daerah koloni (Bolton, Sarah K., "Anak Miskin Yang Jadi Masyhur 1," Penerbit PT Gramedia, Jakarta, 1983, p. 8). Namun, sebelum ia mendirikan perusahaan, ia sama sekali belum memiliki pengetahuan ataupun keahlian tata cara percetakan apalagi persuratkabaran. Tetapi ia hanya memiliki keinginan untuk mempunyai keahlian dan pengetahuan di dunia cetak-mencetak.
Untuk mendapatkan pengetahuan itu, ia belajar kepada kakaknya yang bernama James Franklin. Kakaknya seorang pengusaha penerbitan dan memiliki perusahaan bernama "The New England Courant". Namun, untuk mendapatkan pengetahuan itu, Benyamin Franklin benar-benar dituntut kesabarannya karena tidak semudah itu ia menjalaninya. Meskipun ia belajar kepada kakaknya, ia tetap menerima sikap dan perlakukan kakaknya yang keras.
Kakaknya itu berwatak keras, kasar, rewel, dan seringkali memberikan tugas yang terus-menerus dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lain. Walaupun mendapat perlakuan berat, Benyamin Franklin tetap menjalani berusaha mempelajari bisnis percetakan dari awal sampai akhir. Segala sesuatu yang berhubungan dengan keperluan percetakan ia kerjakan. Ia pergi berbelanja sendiri untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan, menjilid, membungkus bundel-bundel cetakan, membersihkan mesin cetak, dan mencuci huruf-hurufnya.
Setelah merasa cukup belajar dan memperoleh banyak pengetahuan tentang bisnis percetakan, Benyamin Franklin pergi meninggalkan kakaknya dan di Philadelphia ia berhasil mendirikan "The Philadelphia Gazette" saat umurnya menginjak dua puluh tahunan.
Hal ini membuktikan, bahwa dunia bisnis menuntut adanya keahlian dan pengetahuan. Untuk mendapatkannya memerlukan perjuangan dan pengorbanan emosi, raga, harta, dan waktu yang tidak sedikit.
Namun, para pelaku bisnis tetap menjalaninya dengan sabar dan penuh keyakinan bahwa semua yang dilakukannya akan menjadi bekal untuk kesuksesan bisnisnya di masa depan. Sedangkan apa yang diterimanya dalam proses belajar untuk membekali pengetahuan bisnisnya tetap ia terima, meskipun mereka merasa disakiti, dihina, dan mendapatkan perlakuan kasar di tempat ia ‘belajar’ bahkan semuanya itu tidak membuatnya surut untuk mendapatkan pengetahuan yang ia cari.
Proses belajar tersebut di atas mempunyai awal dan akhirnya. Ketika pebisnis tidak memiliki keahlian, maka nilai positif yang dimunculkannya adalah tidak segan-segan untuk belajar lagi. Pada titik inilah tahap awal pembelajaran bisnis dimulai. Sedangkan batas waktunya tergantung dari seberapa cukup pengetahuan tersebut telah diperolehnya dan bisa menjadi bekal menjalankan bisnisnya di masa depan. Jika dalam benaknya sudah yakin telah memperoleh pengetahuan yang dicari dan, secara fisik, pikirannya telah menyatakan sudah mampu menjalankannya dan sudah ada gambaran strategi atau perjalanan bisnisnya untuk menuju kesuksesan, maka ia dapat berhenti dan meyakinkan dirinya untuk segera keluar dari lingkungan tempat ia memperoleh pengetahuan tersebut lalu berjuang menjalankan bisnis yang dicita-citakannya.
Seperti yang tertera dalam keterangan Sarah K. Bolton:
"...Benyamin mulai dengan periode baru. Ia harus mengubah haluan hidupnya. Tekanan yang diderita di kantor harian Courant serta perlakuan kasar kakaknya yang masih terus berlangsung itu membuatnya tidak betah dan memaksanya keluar dari pekerjaannya. Pada suatu hari ia memutuskan untuk lari ke New York. Ia cuma punya uang sedikit dan cuma berbekal pengetahuan tentang percetakan" (Sarah K. Bolton, 1983: p. 7-8).
Pernyataan di atas menunjukkan, bahwa ketika pengetahuan sudah didapat, maka pebisnis akan keluar dari lokasi mereka belajar. Hal ini dapat kita ketahui pada kalimat terakhir "...dan cuma berbekal pengetahuan tentang percetakan". Berdasarkan bukti tersebut, pebisnis, khususnya Benyamin Franklin, keluar dari tempat belajar percetakan di kantor Courant setelah memiliki pengetahuan percetakan.
Namun demikian, mereka juga membutuhkan sebuah kejadian pemicu untuk lebih memperkuat keyakinannya untuk keluar dari tempat belajarnya. Pada pengalaman Benyamin Franklin, kejadian pemicunya adalah perlakuan kakaknya yang keras kepadanya.
Berkaitan dengan kejadian pemicunya, setiap pebisnis memiliki pengalaman masing-masing yang menyebabkan setiapnya berbeda satu sama lain. Tetapi hal itu tetap memiliki persamaan, yaitu cukupnya pengetahuan yang diperoleh dan adanya kejadian pemicu untuk memperkokoh keyakinannya untuk keluar dari tempat memperoleh pengetahuan bisnis.
Ketika mereka sudah keluar dari tempat belajar, maka mereka mempunyai banyak kesempatan untuk mewujudkan bisnis baru atau mendirikan perusahaan baru yang pemimpinnya adalah dirinya, meskipun itu dilalui dengan proses kerja keras.
Menurut sejarah surat kabar yang bernama "The Philadelphia Gazette" merupakan surat kabar terbaik di seluruh daerah koloni (Bolton, Sarah K., "Anak Miskin Yang Jadi Masyhur 1," Penerbit PT Gramedia, Jakarta, 1983, p. 8). Namun, sebelum ia mendirikan perusahaan, ia sama sekali belum memiliki pengetahuan ataupun keahlian tata cara percetakan apalagi persuratkabaran. Tetapi ia hanya memiliki keinginan untuk mempunyai keahlian dan pengetahuan di dunia cetak-mencetak.
Untuk mendapatkan pengetahuan itu, ia belajar kepada kakaknya yang bernama James Franklin. Kakaknya seorang pengusaha penerbitan dan memiliki perusahaan bernama "The New England Courant". Namun, untuk mendapatkan pengetahuan itu, Benyamin Franklin benar-benar dituntut kesabarannya karena tidak semudah itu ia menjalaninya. Meskipun ia belajar kepada kakaknya, ia tetap menerima sikap dan perlakukan kakaknya yang keras.
Kakaknya itu berwatak keras, kasar, rewel, dan seringkali memberikan tugas yang terus-menerus dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lain. Walaupun mendapat perlakuan berat, Benyamin Franklin tetap menjalani berusaha mempelajari bisnis percetakan dari awal sampai akhir. Segala sesuatu yang berhubungan dengan keperluan percetakan ia kerjakan. Ia pergi berbelanja sendiri untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan, menjilid, membungkus bundel-bundel cetakan, membersihkan mesin cetak, dan mencuci huruf-hurufnya.
Setelah merasa cukup belajar dan memperoleh banyak pengetahuan tentang bisnis percetakan, Benyamin Franklin pergi meninggalkan kakaknya dan di Philadelphia ia berhasil mendirikan "The Philadelphia Gazette" saat umurnya menginjak dua puluh tahunan.
Hal ini membuktikan, bahwa dunia bisnis menuntut adanya keahlian dan pengetahuan. Untuk mendapatkannya memerlukan perjuangan dan pengorbanan emosi, raga, harta, dan waktu yang tidak sedikit.
Namun, para pelaku bisnis tetap menjalaninya dengan sabar dan penuh keyakinan bahwa semua yang dilakukannya akan menjadi bekal untuk kesuksesan bisnisnya di masa depan. Sedangkan apa yang diterimanya dalam proses belajar untuk membekali pengetahuan bisnisnya tetap ia terima, meskipun mereka merasa disakiti, dihina, dan mendapatkan perlakuan kasar di tempat ia ‘belajar’ bahkan semuanya itu tidak membuatnya surut untuk mendapatkan pengetahuan yang ia cari.
Proses belajar tersebut di atas mempunyai awal dan akhirnya. Ketika pebisnis tidak memiliki keahlian, maka nilai positif yang dimunculkannya adalah tidak segan-segan untuk belajar lagi. Pada titik inilah tahap awal pembelajaran bisnis dimulai. Sedangkan batas waktunya tergantung dari seberapa cukup pengetahuan tersebut telah diperolehnya dan bisa menjadi bekal menjalankan bisnisnya di masa depan. Jika dalam benaknya sudah yakin telah memperoleh pengetahuan yang dicari dan, secara fisik, pikirannya telah menyatakan sudah mampu menjalankannya dan sudah ada gambaran strategi atau perjalanan bisnisnya untuk menuju kesuksesan, maka ia dapat berhenti dan meyakinkan dirinya untuk segera keluar dari lingkungan tempat ia memperoleh pengetahuan tersebut lalu berjuang menjalankan bisnis yang dicita-citakannya.
Seperti yang tertera dalam keterangan Sarah K. Bolton:
"...Benyamin mulai dengan periode baru. Ia harus mengubah haluan hidupnya. Tekanan yang diderita di kantor harian Courant serta perlakuan kasar kakaknya yang masih terus berlangsung itu membuatnya tidak betah dan memaksanya keluar dari pekerjaannya. Pada suatu hari ia memutuskan untuk lari ke New York. Ia cuma punya uang sedikit dan cuma berbekal pengetahuan tentang percetakan" (Sarah K. Bolton, 1983: p. 7-8).
Pernyataan di atas menunjukkan, bahwa ketika pengetahuan sudah didapat, maka pebisnis akan keluar dari lokasi mereka belajar. Hal ini dapat kita ketahui pada kalimat terakhir "...dan cuma berbekal pengetahuan tentang percetakan". Berdasarkan bukti tersebut, pebisnis, khususnya Benyamin Franklin, keluar dari tempat belajar percetakan di kantor Courant setelah memiliki pengetahuan percetakan.
Namun demikian, mereka juga membutuhkan sebuah kejadian pemicu untuk lebih memperkuat keyakinannya untuk keluar dari tempat belajarnya. Pada pengalaman Benyamin Franklin, kejadian pemicunya adalah perlakuan kakaknya yang keras kepadanya.
Berkaitan dengan kejadian pemicunya, setiap pebisnis memiliki pengalaman masing-masing yang menyebabkan setiapnya berbeda satu sama lain. Tetapi hal itu tetap memiliki persamaan, yaitu cukupnya pengetahuan yang diperoleh dan adanya kejadian pemicu untuk memperkokoh keyakinannya untuk keluar dari tempat memperoleh pengetahuan bisnis.
Ketika mereka sudah keluar dari tempat belajar, maka mereka mempunyai banyak kesempatan untuk mewujudkan bisnis baru atau mendirikan perusahaan baru yang pemimpinnya adalah dirinya, meskipun itu dilalui dengan proses kerja keras.
0 komentar:
Post a Comment