Oleh:
Andrian Syah
Andrian Syah
Seorang pemimpin belum tentu seorang yang hebat, seorang pemimpin belum tentu juga seorang figur yang baik bagi bawahan atau bagi orang-orang yang dipimpinnya. Banyak atasan atau pemimpin yang gagal pada akhirnya, tapi itu semata-mata bukan karena ketidak-mampuannya dalam memimpin dan mengatur bawahannya. Tapi karena mental dari pemimpinnya itu sendiri yang telah manjadi alasan kenapa dia gagal.
Mental pemimpin yang tidak mau tahu dengan kendala dan kesulitan di medan kerja, mental pemimpin yang hanya ingin tahu tentang hasil kerja bawahannya tanpa mau melihat atau mau ikut campur di dalam proses sebuah pekerjaan yang dipercayakan pada bawahannya. Mental-mental seperti inilah yang sering kali membawa sang pemimpin dalam kegagalan atau bahkan sebuah kehancuran. Tapi yang lebih parah adalah seorang pemimpin yang selalu menyalahkan kegagalan sebuah pekerjaan sepenuhnya pada anak buahnya, karena hal ini akan menjadi bumerang untuk sang pemimpin.
Jadi apa sebenarnya yang diperlukan untuk dapat menjadi seorang pemimpin yang baik dan benar, tidak hanya di mata bawahannya tapi juga di mata rekan kerja. Hanya satu cara, yaitu mau "MELAYANI". Tidak ada cara lain lagi, melayani yang saya maksudkan adalah bukan melayani seperti seorang pembantu pada majikannya. Akan tetapi melayani dengan artian sebagai berikut: mau tahu ketika bawahannya mengalami kesulitan dalam pekerjaan yang dipercayakan padanya, tapi tidak cukup hanya mau tahu saja. Tapi mau juga turun tangan untuk membantu dan memberikan arahan yang benar dalam proses pengerjaannya. Ini baru sebuah langkah kecil dari apa yang harus dilakukan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, disegani, dihormati dan sukses.
Ketika seorang pemimpin mau untuk melayani, yaitu mau untuk mendengar dan mengerti serta mau tahu apa yang menjadi keluhan bawahannya, baik mengenai kepemimpinannnya, ataupun mengenai kemampuannya dalam memecahkan masalah. ini penting karena bagaimanpun juga, seorang pemimpin seperti tulang punggung sebagai sandaran bagi bawahannya. jadi saat pemimpin mampu untuk memecahkan masalah tanpa menimbulkan tekanan pada bawahannya, disinilah dapat dinilai bahwa pemimpin tersebut adalah pemimpin yang sukses.
Mental pemimpin yang tidak mau tahu dengan kendala dan kesulitan di medan kerja, mental pemimpin yang hanya ingin tahu tentang hasil kerja bawahannya tanpa mau melihat atau mau ikut campur di dalam proses sebuah pekerjaan yang dipercayakan pada bawahannya. Mental-mental seperti inilah yang sering kali membawa sang pemimpin dalam kegagalan atau bahkan sebuah kehancuran. Tapi yang lebih parah adalah seorang pemimpin yang selalu menyalahkan kegagalan sebuah pekerjaan sepenuhnya pada anak buahnya, karena hal ini akan menjadi bumerang untuk sang pemimpin.
Jadi apa sebenarnya yang diperlukan untuk dapat menjadi seorang pemimpin yang baik dan benar, tidak hanya di mata bawahannya tapi juga di mata rekan kerja. Hanya satu cara, yaitu mau "MELAYANI". Tidak ada cara lain lagi, melayani yang saya maksudkan adalah bukan melayani seperti seorang pembantu pada majikannya. Akan tetapi melayani dengan artian sebagai berikut: mau tahu ketika bawahannya mengalami kesulitan dalam pekerjaan yang dipercayakan padanya, tapi tidak cukup hanya mau tahu saja. Tapi mau juga turun tangan untuk membantu dan memberikan arahan yang benar dalam proses pengerjaannya. Ini baru sebuah langkah kecil dari apa yang harus dilakukan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, disegani, dihormati dan sukses.
Ketika seorang pemimpin mau untuk melayani, yaitu mau untuk mendengar dan mengerti serta mau tahu apa yang menjadi keluhan bawahannya, baik mengenai kepemimpinannnya, ataupun mengenai kemampuannya dalam memecahkan masalah. ini penting karena bagaimanpun juga, seorang pemimpin seperti tulang punggung sebagai sandaran bagi bawahannya. jadi saat pemimpin mampu untuk memecahkan masalah tanpa menimbulkan tekanan pada bawahannya, disinilah dapat dinilai bahwa pemimpin tersebut adalah pemimpin yang sukses.
0 komentar:
Post a Comment