Oleh: Ika Maya Susanti

Suatu ketika, seorang Raja hendak menguji kedua puteranya, Pangeran Dira dan Pangeran Wira. Raja ingin tahu, siapa di antara kedua pangeran itu yang pantas menjadi raja karena memiliki kata-kata ajaib. Konon, seseorang yang memiliki kata-kata ajaib, bisa berhasil melaksanakan tugas apapun yang meskipun berat.
“Tradisi memilih calon raja yang memiliki kemampuan untuk mengucap kata-kata ajaib ini sudah menjadi tradisi. Begitu juga saat aku dulu terpilih untuk menjadi raja. Jadi sekarang, aku juga harus memilih satu di antara kedua puteraku tersebut dengan cara yang sama,” cetus Raja saat sedang menimbang-nimbang apa yang akan ia tugaskan untuk kedua puteranya.
“Aku ingin kalian meminjam batu sakti milik seekor naga yang tinggal di atas sana,” ujar Raja sambil menunjuk sebuah bukit tinggi yang terlihat dari istana.
Pangeran Wira langsung tersenyum. “Baiklah Ayah, kami akan melakukannya!” jawab Pangeran Wira optimis lalu menoleh ke arah kakaknya.
Wajah Pangeran Dira justru berubah pucat. “Ah, mana mungkin naga itu mau meminjamkan batu saktinya?” batin Pangeran Dira.
Pangeran Dira teringat berbagai cerita tentang naga tersebut. Konon, tubuh naga itu dikelilingi api yang menyala. Matanya selalu tampak marah dan siap menerkam siapa saja yang mendekat.
Tapi tetap saja, akhirnya Pangeran Dira dan Pangeran Wira berangkat melaksanakan tugas tersebut.
“Nanti, apa yang akan engkau lakukan untuk merebut batu itu? Selama ini, tak pernah ada orang yang berani ke sana,” kata Pangeran Dira.
“Tapi, bukankan cerita itu cuma kita dengar dari orang lain?” jawab Pangeran Wira.
“Aku yakin orang-orang itu benar. Kita pasti pulang tanpa membawa apa-apa!” gerutu Pangeran Dira.
Pangeran Wira cuma tersenyum. “Kita coba saja dulu!”
Sementara itu, Pangeran Dira rupanya sudah membuat rencana sendiri. Ia yakin jika tidak akan berhasil. Sehingga nantinya, Pangeran Dira akan membawa pulang sebuah batu biasa yang terlihat istimewa. “Pasti ayahku tidak akan tahu!” batin Pangeran Dira sambil tersenyum licik.
Perjalanan Pangeran Dira dan Pangeran Wira akhirnya sampai di tempat tujuan. Kedua pangeran itu lalu mengintip dari celah-celah pagar batu. Di seberang mereka, berdirilah seekor naga yang sangat menyeramkan!
“Ayo kita coba mendekatinya,” ajak Pangeran Wira.
“Apa kamu tidak takut celaka? Sudah, kita pulang saja!” cegah Pangeran Dira.
Karena merasa terganggu dengan suara Pangeran Dira dan Pangeran Wira yang sedang berdebat, naga menghardik. “Hai, siapa yang ada di balik batu?”
Pangeran Wira langsung berdiri. Sedangkan Pangeran Dira tetap berjongkok bersembunyi di balik batu.
“Maafkan kami jika mengganggumu. Tapi, kami tidak ingin bermaksud jahat,” ujar Pangeran Wira.
Naga lalu mendekati Pangeran Wira.
“Ampun… ampun… kami hanya ingin melihatmu saja. Maafkan aku ya,” teriak Pangeran Dira yang lalu berdiri dan melarikan diri.
Melihat itu, naga justru tertawa terbahak-bahak. “Hahaha… Apa ia kira aku akan mencelakainya?”
“Maafkan kakakku, wahai naga. Tapi, ia ketakutan karena sering mendengar cerita orang tentang dirimu yang katanya jahat,” jawab Pangeran Wira.
“Tapi kenapa kamu tidak takut?”
“Karena selama ini aku hanya mendengar cerita, jadi aku tidak percaya. Lagi pula, aku ke sini atas perintah ayahku. Ia ingin agar aku dan kakakku meminjam batu sakti milikmu,” jelas Pangeran Wira.
Naga lalu mengajak Pangeran Wira mendekati batu sakti. Ternyata, batu milik naga itu sangat besar bentuknya. Warnanya juga sangat indah dan berkilauan.
“Sekarang, coba kamu angkat batu itu!” ujar naga. Ia sebenarnya ingin menguji, apakah Pangeran Wira benar-benar bisa membawa batu besar tersebut.
Sesaat, Pangeran Wira berdiri di depan batu itu sambil berkata dengan suara pelan, “Batu ini ringan, aku bisa membawanya!”
Ternyata, batu itu jadi mudah diangkat oleh Pangeran Wira.
“Hahaha… kamu hebat! Batu itu memang besar. Tapi ia memiliki berat yang sesuai dengan pikiran orang yang membawanya. Makanya, tidak ada yang berhasil membawa batu itu. Semua orang selalu berpikir, jika batu ini pasti berat. Ternyata kamu pemilik kata-kata ajaib!” ujar naga.
Naga kemudian meminjamkan batu itu ke Pangeran Wira. Raja yang telah melihat kegigihan dan keberhasilan Pangeran Wira, akhirnya menetapkan Pangeran Wira sebagai raja untuk menggantikannya kelak.